Kamis, 20 Agustus 2009

MEDAN

Medan didirikan oleh Guru Patimpus Sembiring Pelawi pada tahun 1590. John Anderson, orang Eropa pertama yang mengunjungi Deli pada tahun 1833 menemukan sebuah kampung yang bernama Medan. Kampung ini berpenduduk 200 orang dan dinyatakan sebagai tempat kediaman Sultan Deli. Pada tahun 1883, Medan telah menjadi kota yang penting di luar Jawa, terutama setelah pemerintah kolonial membuka perusahaan perkebunan secara besar-besaran.

Di akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 terdapat dua gelombang migrasi besar ke Medan. Gelombang pertama berupa kedatangan orang Tionghoa dan Jawa sebagai kuli kontrak perkebunan. Tetapi setelah tahun 1880 perusahaan perkebunan berhenti mendatangkan orang Tionghoa, karena sebagian besar dari mereka lari meninggalkan kebun dan sering melakukan kerusuhan. Perusahaan kemudian sepenuhnya mendatangkan orang Jawa sebagai kuli perkebunan. Orang-orang Tionghoa bekas buruh perkebunan kemudian didorong untuk mengembangkan sektor perdagangan. Gelombang kedua ialah kedatangan orang Minangkabau, Mandailing, dan Aceh. Mereka datang ke Medan bukan untuk bekerja sebagai buruh perkebunan, tetapi untuk berdagang, menjadi guru, dan ulama.

Sejak tahun 1950, Medan telah beberapa kali melakukan perluasan areal, dari 1.853 ha menjadi 26.510 ha di tahun 1974. Dengan demikian dalam tempo 25 tahun setelah penyerahan kedaulatan, kota Medan telah bertambah luas hampir delapan belas kali lipat...



Pemerintahan

Kota Medan dipimpin oleh seorang walikota, yang saat ini dijabat oleh Rahudman Harahap (penjabat walikota Medan). Wilayah Kota Medan dibagi menjadi 21 kecamatan dan 151 kelurahan.


Daftar Walikota Medan

No. Nama Masa jabatan
1 Daniel Baron Mackay 1918 - 1931
2 J.M. Wesselink 1931 - 1935
3 G. Pitlo 1935 - 1938
4 C.E.E. Kuntze 1938 - 1942
5 Hayasaki 1942 - 1945
6 Luat Siregar 3 Oktober - 10 November 1945
7 M. Yusuf 10 November 1945 - Agustus 1947
8 Djaidin Purba 1 November 1947 - 12 Juli 1952
9 A.M. Jalaluddin 12 Juli 1952 - 1 Desember 1954
10 Hadji Muda Siregar 6 Desember 1954 - 14 Juni 1958
11 Madja Purba 3 Juli 1958 - 28 Februari 1961
12 Basyrah Lubis 28 Februari 1961 - 30 Oktober 1964
13 P.R. Telaumbanua 10 Oktober 1964 - 28 Februari 1965
14 Aminurrasyid 28 Agustus 1965 - 26 September 1966
15 Sjoerkani 26 September 1966 - 3 Juli 1974
16 H.M. Saleh Arifin 3 Juli 1974 - 31 Maret 1980
17 H. Agus Salim Rangkuti 1 April 1980 - 31 Maret 1990
18 Bachtiar Djafar 1 April 1990 - 31 Maret 2000
19 Abdillah 1 April 2000 - 20 Agustus 2008
20 H. Afifuddin Lubis (Pj.) 20 Agustus 2008 - 22 Juli 2009
21 Rahudman Harahap (Pj.) 22 Juli 2009 - sekarang

[sunting] Geografi

Kota Medan memiliki luas 26.510 Hektar (265,10 Km 2 ) atau 3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan kota/kabupaten lainya, Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Secara geografis kota Medan terletak pada 3° 30' – 3° 43' Lintang Utara dan 98° 35' - 98° 44' Bujur Timur. Untuk itu topografi kota Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5 - 37,5 meter diatas permukaan laut.

Secara administratif, wilayah Medan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang di sebelah barat, selatan, dan timur. Sedangkan di sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka, yang merupakan salah satu jalur lalu lintas terpadat di dunia. Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu daerah yang kaya dengan sumber daya alam (SDA), khususnya di bidang perkebunan dan kehutanan. Karena secara geografis Medan didukung oleh daerah-daerah yang kaya sumber daya alam, seperti Deli Serdang , Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai dan lain-lain. Kondisi ini menjadikan kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai kerjasama dan kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan, saling memperkuat dengan daerah-daerah sekitarnya.

Di samping itu sebagai daerah pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka, Medan memiliki posisi strategis sebagai gerbang (pintu masuk) kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun luar negeri (ekspor-impor). Posisi geografis Medan ini telah mendorong perkembangan kota dalam dua kutub pertumbuhan secara fisik, yaitu daerah Belawan dan pusat Kota Medan saat ini.

[sunting] Sungai

Sedikitnya ada sembilan sungai yang melintasi kota ini:

Selain itu, untuk mencegah banjir yang terus melanda beberapa wilayah Medan, pemerintah telah membuat sebuah proyek kanal besar yang lebih dikenal dengan nama Medan Kanal Timur.

[sunting] Demografi

Tahun Penduduk
2001 1.926.052
2002 1.963.086
2003 1.993.060
2004 2.006.014
2005 2.036.018
Sumber: BPS Kota Medan

Berdasarkan data kependudukan tahun 2005, penduduk Medan saat ini diperkirakan telah mencapai 2.036.018 jiwa, dengan jumlah wanita lebih besar dari pria, (1.010.174 jiwa > 995.968 jiwa). Jumlah penduduk tersebut diketahui merupakan penduduk tetap, sedangkan penduduk tidak tetap diperkirakan mencapai lebih dari 500.000 jiwa, yang merupakan penduduk komuter. Dengan demikian Medan merupakan salah satu kota dengan jumlah penduduk yang besar.

Di siang hari, jumlah ini bisa meningkat hingga sekitar 2,5 juta jiwa dengan dihitungnya jumlah penglaju (komuter). Sebagian besar penduduk Medan berasal dari kelompok umur 0-19 dan 20-39 tahun (masing-masing 41% dan 37,8% dari total penduduk).

Dilihat dari struktur umur penduduk, Medan dihuni lebih kurang 1.377.751 jiwa berusia produktif, (15-59 tahun). Selanjutnya dilihat dari tingkat pendidikan, rata-rata lama sekolah penduduk telah mencapai 10,5 tahun. Dengan demikian, secara relatif tersedia tenaga kerja yang cukup, yang dapat bekerja pada berbagai jenis perusahaan, baik jasa, perdagangan, maupun industri manufaktur.

Laju pertumbuhan penduduk Medan periode tahun 2000-2004 cenderung mengalami peningkatan, dimana tingkat pertumbuhan penduduk pada tahun 2000 adalah 0,09% dan menjadi 0,63% pada tahun 2004. Sedangkan tingkat kapadatan penduduk mengalami peningkatan dari 7.183 jiwa per km² pada tahun 2004. Jumlah penduduk paling banyak ada di Kecamatan Medan Deli, disusul Medan Helvetia dan Medan Tembung. Jumlah penduduk yang paling sedikit, terdapat di Kecamatan Medan Baru, Medan Maimun, dan Medan Polonia. Tingkat kepadatan Penduduk tertinggi ada di kecamatan Medan Perjuangan, Medan Area, dan Medan Timur. Pada tahun 2004, angka harapan hidup bagi laki-laki adalah 69 tahun sedangkan bagi wanita adalah 71 tahun.

Mayoritas penduduk kota Medan sekarang ialah Suku Jawa dan Batak, tetapi di kota ini banyak pula orang keturunan India dan Tionghoa. Komunitas Tionghoa di Medan cukup besar, sekitar 25% jumlah total.

Keanekaragaman etnis di Medan terlihat dari jumlah masjid, gereja dan vihara Tionghoa yang banyak tersebar di seluruh kota. Daerah di sekitar Jl. Zainul Arifin dikenal sebagai Kampung Keling, yang merupakan daerah pemukiman orang keturunan India.

Secara historis, pada tahun 1918 tercatat bahwa Medan dihuni 43.826 jiwa. Dari jumlah tersebut, 409 orang berketurunan Eropa, 35.009 berketurunan Indonesia, 8.269 berketurunan Tionghoa, dan 139 lainnya berasal dari ras Timur lainnya.

Perbandingan Etnis di Kota Medan pada Tahun 1930 dan 1980
Etnis Tahun 1930 Tahun 1980
Jawa 24,9% 29,41%
Batak 10,7% 14,11%
Tionghoa 35,63% 12,8%
Mandailing 6,43% 11,91%
Minangkabau 7,3% 10,93%
Melayu 7,06% 8,57%
Karo 0,19% 3,99%
Aceh -- 2,19%
Sunda 1,58% 1,90%
Lain-lain 16,62% 4,13%
Sumber: Usman Pelly, 1983

[sunting] Kehidupan Sosial

[sunting] Okupasi

Sebagai kota terbesar di Sumatra dan Selat Malaka, penduduk Medan banyak yang berprofesi di bidang perdagangan. Biasanya pengusaha Medan banyak yang menjadi pedagang komoditi perkebunan. Setelah kemerdekaan, sektor perdagangan secara konsisten didominasi oleh etnis Tionghoa dan Minangkabau. Bidang pemerintahan dan politik, dikuasai oleh orang-orang Mandailing. Dimana dari tiga belas walikota Medan, tujuh kali dipimpin oleh etnis Mandailing. Sedangkan profesi yang memerlukan keahlian dan pendidikan tinggi, seperti pengacara, dokter, notaris, dan wartawan, mayoritas digeluti oleh orang Minangkabau.[1]

Komposisi Etnis Berdasarkan Okupasi Profesional
Etnis Pengacara Dokter Notaris Wartawan
Minangkabau 36,8% 20,6% 29,7% 37,7%
Mandailing 23,6% 14,1% 14,8% 18,3%
Batak 13,2% 15,9% 18,5% 8,5%
Jawa 5,3% 15,9% 11,1% 10,4%
Karo 5,3% 10% 7,4% 0,6%
Melayu 5,3% 5,9% 3,7% 17,7%
Tionghoa -- 14,7% 7,4% 1,2%
Aceh 2,6% 3,9% -- 3,7%
Sunda -- -- 3,7% 10,4%
Sumber: IDI, Peradin, Ikatan Notaris Cabang Medan, PWI, 1980

[sunting] Pola Pemukiman

Perluasan kota Medan telah mendorong perubahan pola pemukiman kelompok-kelompok etnis. Etnis Melayu yang merupakan penduduk asli kota, banyak yang tinggal di pinggiran kota. Etnis Tionghoa dan Minangkabau yang sebagian besar hidup di bidang perdagangan, 75% dari mereka tinggal di sekitar pusat-pusat perbelanjaan. Pemukiman orang Tionghoa dan Minangkabau sejalan dengan arah pemekaran dan perluasan fasilitas pusat perbelanjaan. Orang Mandailing juga memilih tinggal di pinggiran kota yang lebih nyaman, oleh karena itu terdapat kecenderungan di kalangan masyarakat Mandailing untuk menjual rumah dan tanah mereka di tengah kota, seperti di Kampung Mesjid, Kota Maksum, dan Sungai Mati.Di medan ada jalan STM yang bagus[2]

[sunting] Situs pariwisata

Istana Maimun

Ada banyak bangunan-bangunan tua di Medan yang masih menyisakan arsitektur khas Belanda. Contohnya: Gedung Balai Kota lama, Kantor Pos Medan, Menara Air (yang merupakan ikon kota Medan), Titi Gantung - sebuah jembatan di atas rel kereta api, dan juga Gedung London Sumatera.

Selain itu, masih ada beberapa bangunan bersejarah, antara lain Istana Maimun, Mesjid Raya Medan, dan juga rumah Tjong A Fie di kawasan Jl. Jend. Ahmad Yani (Kesawan).

Daerah Kesawan masih menyisakan bangunan-bangunan tua, seperti bangunan PT. London Sumatra, dan ruko-ruko tua seperti yang bisa ditemukan di Penang, Malaysia dan Singapura. Ruko-ruko ini, kini telah disulap menjadi sebuah pusat jajanan makan yang ramai pada malam harinya. Saat ini Pemerintah Kota merencanakan Medan sebagai Kota Pusat Perbelanjaan dan Makanan. Diharapkan dengan adanya program ini menambah arus kunjungan dan lama tinggal wisatawan ke kota ini.

Di daerah Kesawan ini, terdapat Kantor Notaris/PPAT Hj. Chairani Bustami, S.H. yang merupakan salah satu Notaris tertua di Medan, setelah Alm. A.P. Parlindungan, S.H. Saat ini Hj. Chairani telah pensiun dan aktif mengajar di Universitas Sumatera Utara. Aktivitas kantor ini kemudian digantikan oleh putra-putri beliau yang juga meneruskan profesi orang tuanya sebagai Notaris.

[sunting] Transportasi

[sunting] Darat

Terminal yang melayani warga Medan :

Tampak dua becak motor sedang melintas di jalanan Medan.

Keunikan Medan terletak pada becak bermotornya ("becak motor") yang dapat ditemukan hampir di seluruh Medan. Berbeda dengan becak biasa ("becak dayung"), becak motor dapat membawa penumpangnya kemana pun di dalam kota. Selain becak, dalam kota juga tersedia angkutan umum berbentuk minibus (angkot/"oplet") dan taksi. Becak di Medan berbeda dengan becak di Jakarta ataupun di kota-kota Jawa lainnya. Pengemudi becak berada di samping becak, bukan di belakang becak seperti halnya di Jawa. Ini memudahkan becak Medan untuk melalui jalan yang berliku-liku. Selain itu, ini juga memungkinkan becak Medan untuk diproduksi dengan harga yang minimal, karena hanya diperlukan sedikit modifikasi saja agar sepeda atau sepeda motor biasa dapat digunakan sebagai penggerak becak. Desain ini mengambil desain dari sepeda motor gandengan perang Jerman di perang dunia ke-2.

Akan tetapi bagi penduduk Medan, sebutan paling khas untuk angkutan umum adalah Sudako. Sudako pada awalnya menggunakan minibus Daihatsu S38 dengan mesin 2 tak kapasitas 500cc. Bentuknya merupakan modifikasi dari mobil pick up. Pada bagian belakangnya diletakkan dua buah kursi panjang sehingga penumpang duduk saling berhadapan dan sangat dekat sehingga bersinggungan lutut dengan penumpang di depannya. Ongkosnya pun relatif murah, yaitu Rp 2.000 untuk para pelajar, dan Rp 3.000 untuk penumpang umum.

Trayek pertama kali Sudako adalah Lin 01, (Lin sama dengan trayek) yang menghubungkan antara daerah Pasar Merah (Jl. HM. Joni), Jl. Amaliun dan terminal Sambu, yang merupakan terminal pusat pertama angkutan penumpang ukuran kecil dan sedang. Saat ini Daihatsu S38 500 cc sudah tidak digunakan lagi karena faktor usia, dan berganti dengan mobil-mobil baru seperti Toyota Kijang, Isuzu Panther, Daihatsu Zebra, dan Espass yang sering disebut Jumbo, karena memuat penumpang lebih banyak. Istilahnya 68 (maksudnya 6 penumpang duduk di bagian kiri, 8 penumpang duduk di bagian kanan).

Selain itu, masih ada lagi angkutan lainnya yaitu bemo, yang berasal dari India. Beroda tiga dan cukup kuat menanjak dengan membawa 11 penumpang. Bemo kemudian digantikan oleh Bajaj yang juga berasal dari India, yang di Medan dikenal dengan nama Toyoko. Sekarang Toyoko pun kabarnya akan digantikan dengan kendaraan baru yaitu Kancil.

Kereta api menghubungkan Medan dengan Tanjungpura di sebelah barat laut, Belawan di sebelah utara, dan Binjai-Tebing Tinggi-Pematang Siantar dan Tebing Tinggi-Kisaran-Rantau Prapat di tenggara. Jalan Tol Belmera menghubungkan Medan dengan Belawan dan Tanjung Morawa. Jalan tol Medan-Lubuk Pakam dan Medan-Binjai juga sedang direncanakan pembangunannya.

[sunting] Laut

Pelabuhan Belawan terletak sekitar 20 km di utara kota.

[sunting] Udara

Bandara Internasional Polonia yang terletak tepat di jantung kota, menghubungkan Medan dengan kota-kota besar lainnya di Indonesia seperti Banda Aceh, Padang, Pekanbaru, Batam, Palembang, Jakarta, Gunung Sitoli serta Kuala Lumpur, Penang, Ipoh, Alorstar di Malaysia, dan Singapura. Sebuah bandara internasional baru di Kuala Namu di kabupaten Deli Serdang sedang dalam pembangunan.

[sunting] Media massa

[sunting] Televisi

Stasiun televisi yang ada di Kota Medan antara lain adalah TVRI Medan, Deli TV, Space Toon dan DAAI TV. Saat ini juga telah mengudara dalam masa percobaan siaran televisi Bahana TV. Karena memiliki nilai berita yang sangat tinggi, seluruh stasiun TV Swasta nasional memiliki koresponden dan biro di Medan. Stasiun TV yang mendirikan biro di kota ini adalah Metro TV dan akan menyusul stasiun TV lainnya. Metro TV bahkan secara khusus menempatkan mobil satelitte news gathering (SNG) agar dapat bergerak cepat dan realtime dalam menyiarkan berita dari Medan.

[sunting] Surat Kabar

Di Medan terdapat tiga surat kabar yang cukup berpengaruh, yaitu Waspada, Sinar Indonesia Baru, dan Analisa. Ketiga surat kabar tersebut memiliki pembaca loyal yang terbagi berdasarkan suku bangsa. Orang Mandailing, Minangkabau, Jawa, dan Aceh biasa berlangganan harian Waspada. Orang Batak, Karo, dan Simalungun lebih suka membaca Sinar Indonesia Baru, sedangkan etnis Tionghoa menjadi pembaca koran Analisa.

[sunting] Pusat perbelanjaan

[sunting] Plaza dan Mal

  • Brastagi Plaza (sebelumnya dikenal dengan nama Mall The Club Store atau "Price Smart")
  • Deli Plaza, Sinar Plaza, Menara Plaza (digabung menjadi satu dengan nama Deli Grand City)
  • Grand Palladium
  • Hong Kong Plaza - Hotel Soechi
  • Macan Group Macan Yaohan, Macan Syariah, Macan Mart, Macan Mart Syariah
  • Makro
  • Plaza Medan Fair
  • Medan Mall
  • Medan Plaza (salah satu plaza tertua di Medan. Kendati dekat dengan Plaza Medan Fair namun masih bertahan. Plaza ini berhasil bertahan karena tetap mempertahankan tenant yang menyediakan beragam barang dan jasa yang ekonomis. Di Plaza ini terdapat grosir besar sepatu dan pakaian yang ekonomis tapi berkualitas)
  • Millenium Plaza (pusat penjualan telepon genggam, dulu bernama Tata Plaza namun akhirnya tutup karena sepi pengunjung. Tahun 1999 Tata Plaza berganti nama menjadi Millenium Plaza. Millenium Plaza merupakan salah satu pusat penjualan telepon genggam terbesar dan teramai di luar Pulau Jawa)
  • Perisai Plaza (sejak tahun 2006 Perisai Plaza mulai tutup secara perlahan. Banyak tennant dan gerai yang hengkang)
  • Sun Plaza (Salah satu plaza modern di awal era 2000. Menjadi pionir bagi munculnya plaza dan mal baru di Medan. Plaza ini menjadi tempat ngumpul kaum pelajar)
  • Thamrin Plaza
  • Yuki Pasar Raya
  • Yuki Simpang Raya
  • Yanglim Plaza
  • Olympia Plaza (plaza tertua di Medan, bersebelahan dengan Medan Mall. Namun kini sudah tidak beroperasi sebagai pusat perbelanjaan modern. Olympia Plaza saat ini lebih sebagai tempat grosir pakaian, sepatu dan barang pecah belah)

[sunting] Pasar

  • Pusat Pasar (salah satu pasar tradisional tua di Medan yang sudah ada sejak zaman kolonial. Menyediakan beragam kebutuhan pokok dan sayur mayur)
  • Pasar Petisah (pemerintah kota menggabungkan pasar tradisional dan pasar modern. Tak heran jika sekarang tampilannya tidak kumuh dan becek seperti pasara tradisional umumnya. Pasar Petisah menjadi acuan berbelanja yang murah dan berkualitas)
  • Pasar Beruang
  • Pasar Simpang Limun (salah satu pasar tradisonal yang cukup tua dan menjadi trade mark kota Medan. Terletak di persimpangan Jl. Sisingamangaraja dan Jl. Sakti Lubis. Saat ini sedang dalam tahap penataan untuk mengatasi kemacetan lalu lintas akibat kesibukan pasar ini)
  • Pasar Ramai (pasar ini terletak di Jl. Thamrin yg bersebelahan dengan Thamrin Plaza)
  • Pasar Simpang Melati (pasar ini terkenal sebagai tempat perdagangan pakaian bekas dan menjadi lokasi favorit baru para pemburu pakaian bekas setelah Pasar Simalingkar dan Jl. Pancing. Pasar Simpang Melati ramai dikunjungi pada akhir pekan)
  • Pasar Ikan Lama (meskipun memiliki nama pasar ikan tetapi nyatanya tidak ada satu ekor ikan pun yang dijual di pasar ini. Pasar ini menjadi pemasaran tekstil yang cukup terkenal, bahkan tak jarang dijadikan sebagai obyek kunjungan wisata bagi para turis asing.

[sunting] Tempat jajan makanan

  • Kesawan Square (sejak 16 Nopember 2007 ikon kuliner Medan ini sudah ditutup)
  • Merdeka Walk
  • Deli River Cafe
  • Jalan Semarang (Chinese Food)
  • Jalan Pagaruyung (Indian Food)
  • Ring Road Jalan Gagak Hitam/Setia Budi, pilihan berbagai resto dari mulai fast food (KFC, McD), jagung bakar (malam hari) dan aneka makanan Indonesia (bakso, sate, ayam penyet, nasi uduk dll) di sepanjang jalan
  • Jalan Dr. Mansyur/kampus USU, pilihan berbagai cafe yang menawarkan beragam hidangan (Indonesia, Western, Chinese Food, dll) dengan desain unik di masing-masing cafe

[sunting] Olahraga

Beberapa klub olah raga yang terdapat di Medan antara lain PSMS Medan (sepak bola), Medan Jaya (sepak bola) dan Angsapura Sania (basket). Gelanggang olah raga yang terdapat di Medan antara lain Stadion Teladan, Stadion Kebun Bunga dan GOR Angsapura.

[sunting] Kota kembar

Beberapa kota di Asia telah mendorong pembentukan Persatuan Kota Kembar, antara Medan dengan:

Forum ini telah menjadi ajang saling tukar-menukar informasi dan perundingan untuk membincangkan berbagai masalah ekonomi dan perkotaan.

Berbagai kerangka kerjasama antara kota bersaudara, kenyataannya terus berkembang dalam bidang-bidang yang semakin luas, baik sosial maupun pendidikan. Di bidang sosial, misalnya Ichikawa memanfaatkan forum ini untuk membantu pengadaan alat bantu pendengaran untuk melengkapi kemudahan kesehatan kota Medan. Di bidang pengembangan sumber daya manusia, Ichikawa juga memberikan bantuan latihan bagi Pemerintah Kota Medan dalam bentuk magang, termasuk mengadakan program pertukaran pelajar diantara kedua kota.

Hal yang sama juga berlangsung antara Medan dengan kota kembar lainnya, baik Kwangju maupun Pulau Pinang. Di bidang perdagangan, forum ini telah menguruskan Pameran Perdagangan Kota Kembar (Sister City Trade Fair) yang bertaraf internasional, sehingga mampu mendorong pertemuan pengusaha-pengusaha kota masing-masing. Dengan nyata, hal ini mampu mendorong peningkatan perdagangan dan pelaburan di kota masing-masing di samping memberikan kepastian dan perluasan pasaran produk yang dihasilkan. Keberkesanan forum ini juga telah memunculkan minat kota-kota lainnya di Asia seperti Chennai, India untuk memasuki persatuan ini.

[sunting] Tokoh

Tokoh terkenal yang berasal dari Medan :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar